Rabu, 16 November 2011

Pengalaman pribadi mendaki gunung salak ( Kisah Mistis / Horor )

Cerita Horor saat

Naik Gunung Salak

Beberapa bulan lalu tepatnya bulan Juni tahun 2019, setelah lebaran idul Fitri biasanya Tanu sebut saja namanya seperti itu, dia adalah anak yang mempunyai hobi naik gunung bersama teman-teman komunitasnya. Tanu adalah anak komunitas pendaki gunung Ras1910 berada di daerah Jakarta Timur. Beberapa gunung sudah pernah ia daki bersama komunitasnya.

Sudah menjadi tradisi di keluarga besar Tanu setiap lebaran berkumpul bersama keluarga dan kerabat di tempat Abah, kakeknya Tanu yang berada di Kuningan, Jawa Barat.

***

Malam itu pesan whatsapp masuk dari Sigel di dalam handphonenya Tanu.
'Nu... Lu masih lama di kampung?'
'Kenapa emang?'
'Bete nih gue dirumah, naik gunung yuk?mumpung libur lebaran masih lama.'
'Mau kemana pengennya?'
'Pengen ke Gunung Salak, gue kan belum pernah kesana.'
'Yaudah... Besok pagi gue balik Jakarta, ajakin yang lain yak bro'
'Ashiap... '

***
Singkat cerita Tanu telah pamit pada Mama, Papa dan juga kerabatnya yang lain untuk pulang duluan ke Jakarta.

Saat sang surya hendak pergi menjalankan tugasnya seharian Tanu bersama teman-temannya sedang asyik berdiskusi tentang keberangkatan ke Gunung Salak esok pagi. 

Teman-teman Tanu yang akan pergi je Gunung Salak ada 8 orang termasuk dirinya dengan personil Irfan, Sigel, Esa, Iwan, Nurul, Manung dan Ipal.

***

Setelah sampai di Gunung Salak Tanu langsung mempersiapakan logistik dan membawa Handy Talky atau HT untuk sewaktu-waktu dibutuhkan. Saat perjalanan menuju puncak mereka merasa kelelahan dikarenakan sudah lama tidak naik gunung alhasil menyusuri jalan setapak terasa lambat. 

"Jangan lupa tinggalin ranting atau tali rapia dalam setiap jalan." Perintah Tanu pada Iwan di posisi terakhir berjalan yang dikenal sebagai sweaper.

"Siap bang." Jawab Iwan sambil meninggalkan jejak berupa ranting pohon dan tali rapia warna biru.

Entah berapa jam mereka menyusuri jalan namun rasanya muter-muter disini saja sampai akhirnya mereka menyusuri jalan yang sangat sempit dan semak belukar.

Iwan yang paling terakhir berjalan selalu meninggalkan jejak berupa ranting pohon yang diikat dengan tali rapia tapi saat mereka mau balik arah mencari pertigaan jalan awal masuk rute pendakian untuk turun kembali tidak menemukan apa-apa di jalanan. 

Ohya sebelum memutuskan untuk turun kembali mereka melakukan voting terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah sadar mereka tersesat lalu Irfan mengingatkan Tanu kalau mereka membawa Handy Talky.

"Tadi yang catat frekuensi base camp Cidahu siapa? Tanya Tanu sebagai ketua Tim pendakian

"Oh gue bang. " Sahut Iwan sambil buka contekan dari secarik kertas
Tanu langsung memberikan Handy Talki ke Iwan "Coba lu yang cariin nih." Pinta Tanu 

Tak berapa lama Basecamp Cidahu alias Pos 1 memberikan jawaban kalau mereka memang tersesat dan salah jalan. Disinilah awal mula keanehan terjadi.

Untuk turun kembali mereka dipandu melalui handy talki dari base camp Cidahu sampai akhirnya mereka kembali di pertigaan jalan, menemukan sisa-sisa hutan yang terbakar juga aliran air sungai kecil. 

Akhirnya Tanu dan teman-temannya sampai di pertigaan jalan yang merupakan awal jalan pendakian. Tapi sudah agak jauh dari basecamp Cidahu. 

Sebelum mulai kembali perjalanan Tanu memberikan isyarat kepada timnya untuk melingkar dan berdoa terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak.

Akankah Tanu dan kawan-kawannya bisa sampai di puncak?

****

=====Menantang Gunung Salak=====

“Berdoa selesai” ucap Tanu pada teman-temannya.

Gunung Salak kecil-kecil cabe rawit merupakan gunung di Daerah Jawa Barat tepatnya di daerah Pasawahan, Sukabumi. Bagi para pendaki pemula sangat dianjurkan untuk bisa menaklukkan gunung ini karena landai dan trek yang menantang.

Sebenarnya untuk mendaki ke gunung Salak para pendaki bisa memilih lewat 3 jalur ada jalur Cidahu, Pasir Rengit dan jalur Cimelati.

Jalur Cidahu lah yang sering digunakan para pendaki begitupun Tanu dan teman-temannya lebih memilih lewat jalur pendakian Cidahu.

Sang Surya mulai menua mereka terus berjalan melewati jalan setapak dikelilingi dengan pohon-pohon tinggi disisi kanan dan kiri, burung berkicau bersahutan seperti berirama. Tak lupa Tanu meninggalkan jejak ranting dan tali rapia biru agar tak salah arah seperti perjalanan sebelumnya. Maklum saja dia adalah ketua tim pendakian dan membawa 7 teman yang ketiga dari mereka masih kelas 2 SMK yaitu Nurul, Esa dan Iwan.

Nurul sebenarnya anaknya baik dan tidak banyak omong, namun sayang penasarannya dengan Gunung Salak membuat dia selalu bertanya dimana pohon salak berada. Dia pun bertanya pada Tanu yang sudah 3 kali mendaki gunung tersebut.

"Bang... Lu udah 3 kali kan naik gunung ini?" Tanya Nurul penuh penasaran dengan tengok kanan kiri mencari pohon salak

"Iya... Emangnya kenapa?" Jawab Tanu datar sambil beberes tasnya

" Mana pohon salaknya sih? Kagak ada kayanya, namanya ajah Salak sampai turun lagi belum kelihatan pohon salaknya." 

"Udah yuk lanjut lagi... Jangan lupa berdoa terus dalam hati yak" Imbau Tanu kepada teman-temannya.

***
‘Alhamdulillah trek yang kita lewati benar semoga masih belum kelelahan saat sampai di atas.’ Lirih Tanu dalam hati menenangkan dirinya sendiri. 

Tiba-tiba saja saat memasuki waktu magrib mulai kembali peristiwa aneh terjadi.

Irfan yang semenjak sore kelelahan namun Ia sangat ingin kembali melanjutkan perjalanan dengan kondisi gerimis. Tak lama si Sigel juga ikut berkomentar untuk sekalian mendirikan tenda di tempat itu.

"Ah elah udah lanjut lagi bang ... Ngapain sih berhenti lagi?ucap Irfan pada semuanya

" Lu itu udah kelelahan dari tadi, jalan ajah paling lambat malah kami yang pelan-pelan nungguin" timpal Manung sambil memeragakan jalannya Irfan

"Masa? Salah lihat kali lu ... Orang gue jalannya cepat begini"

"Bang ... Sekalian ajah mendirikan tenda disini, paling di atas juga sama konturnya begini."

"Disini konturnya kurang datar, kita cuma bawa 2 tenda loh buat kapasitas 6 orang."

"Halah ... Sok lu petantang petenteng baru ke Gunung Salak tiga kali juga kaya paling benar aja."

"Iyah ... Emang, terus kenapa? Masalah buat lu? Lu mau disini silahkan kami semua masih lanjut perjalanan nunggu gerimis reda." Hardik Tanu dengan pongahnya

***

=====Ada Hajatan di Hutan=====

Tanu yang ngerasa cukup berpengalaman sebagai ketua tim yang pernah mendaki gunung salak ketiga kalinya, tidak ingin mendirikan tenda disitu selain bukan tempat yang biasa dirikan tenda juga kontur tanah yang terlalu bergelombang apalagi areanya sangat sempit untuk mendirikan tenda yang berkapasitas enam orang, sedangkan mereka hanya membawa dua tenda saja.

Debat pun tak terhindarkan hingga akhirnya mereka melakukan voting dan memasang fly set di situ yang diikatkan pada pohon satu dengan pohon lainnya. Fly set semacam terpal namun bahannya lebih ringan biasa digunakan untuk berteduh jika para pendaki sedang kehujanan.

Setelah perdebatan itu mereka terdiam seribu bahasa tak bergeming sedikitpun seakan menikmati hujan angin yang deras juga gelapnya malam. 
Hanya ada lampu senter kepala yang menemani mereka.

“Woi ... Kalian pada kenapa?” ucap Tanu membuka percakapan 
“Cape apa lapar?”
“Dua-duanya bang” 
“Yaudah kita istirahat ajah dulu disini, waktu juga udah magrib nih, ngobrollah sambil seruput kopi atau teh jangan pada diem ajah kalau laper, kedinginan dan kelelahan takutnya hipotermia.”

Nurul salah satu teman Tanu tak ingin berhenti disitu, padahal di awal perjalanan Tanu sudah melihat kalau dia kelelahan. 

“Yuk bikin teh dan ganjel perut disini dulu” 

Saat sedang ganjal perut tersebut kondisi cuaca yang tadinya gerimis malah menjadi hujan angin. Tanu menyuruh teman-temannya untuk terus berdoa agar mereka dimudahkan sampai ke puncak, kembali selamat sampai dirumah dan hujan mereda. 

Sayangnya hujan tersebut malah semakin deras tak kunjung mereda, Iwan yang dari tadi diam saja berkata pada Tanu bahwa dia merasakan hal yang aneh di tempat ini. Namun dia tidak ingin menceritakan kepada yang lain.

Saat melanjutkan Perjalanan puncak ini Tanu atur sedemikian rupa karena penerangan yang minim dengan urutan tim dari depan ke belakang Nurul, Esa, Irfan, Ipal, Sigel, Manung, Iwan dan terakhir Tanu.

Setelah hujan mereda saat pukul 8 malam mereka melanjutkan perjalanan kembali. Iwan yang sejak tadi merasakan keanehan memberikan informasi pada Tanu pelan-pelan sambil berbisik karena takut kedengaran sama temannya yang lain. 

Iwan seperti mematung tanpa ada kata-kata yang keluar dari mulutnya begitupun teman-teman Tanu yang lain.

Iwan yang sejak tadi mengalami keanehan saat sampai di tempat tersebut. Dia mendengar ada suara kereta kencana, suara gamelan, dan seperti ada banyak orang memenuhi tempat tersebut. 

'Kayana letak gunung ini jauh dari perkampungan deh, tapi koq ada suara gamelan kaya orang hajatan padahal ini udah di ketinggian 1000 mdpl lebih' bathin Iwan
“Bang, lu jangan nengok ke belakang.”
“Emang kenapa wan?”
“Tepat di belakang lu ada yang ngikutin kita.”
‘Deg ... Pantesan dari tadi buluk kuduk gue merinding.’ Gumam Tanu.

Tapi karena penasaran akhirnya Tanu memberanikan diri mengambil kerikil kecil dan melempar ke belakang. 

Dan ternyata benar apa yang dikatakan Iwan ada suara orang berdehem dibelakang Tanu. 

'okeh uji nyali banget ini gue, bawa anak orang lagi, fokus Tanu lu harus tetap tenang dan jangan terbawa suasana ini' kembali Tanu menenangkan dirinya sendiri.

Mereka berjalan selama 30 menit dari tempat yang tadi berteduh tidak tahu di HM berapa memutuskan untuk mendirikan tenda dikarenakan waktu sudah menunjukkan jam 9 malam tepat.

Saat tenda satu telah berdiri, tinggal sisa satu tenda yang akan didirikan. Namun si Nurul mengatakan pada Tanu agar jangan membuat tenda disitu. 

“Bang, jangan buka tenda di tempat lu berdiri”
“Ini kan tanahnya datar Nurul, emang mau dimana lagi?” 
“Itu ada dua orang duduk disitu”

Sedangkan Tanu tak melihat apa-apa disana hanya tanah datar cukup untuk satu tenda berkapasitas 6 orang juga ada batu kecil pipih. 

“Udah gak apa-apa toh kita gak ganggu mereka, bismillah ajah.” Jawab Tanu dengan tenangnya membuka tenda.

Mereka tidur untuk mengistirahatkan badan yang telah kelelahan hingga akhirnya jam 10 malem sudah pergi ke pulau kapuk. 

Ipal terbangun saat jam 1 dini hari dikarenakan haus pengen minum dan pada saat yang bersamaan Iwan mendengar ada orang ngobrol di luar tenda. Karena dia berpikir itu tenda sebelah temennya akhirnya Ipal tidur lagi. 

'Berisik amat sih! Jam segini masih pada melek ajah' Bathin Ipal

Keesokan paginya setelah sang surya mulai malu-malu menampakkan diri Tanu dan teman-teman bergegas merapikan tenda serta bersiap-siap untuk pergi sampai puncak. 

Sesampainya di puncak kami bertemu dengan banyak tim pendaki lain yang melewati jalur yang berbeda. 

Diantaranya adalah tim pendaki dari Bekasi Utara berjumlah 9 orang, karena Tanu penasaran dia bertanya pada salah satu anggotanya.

“Bang... Semalem ujan angin yah? Mana deres banget lagi ya?”

“Hah? Masa? Enggak ujan bang... Malah cuma gerimis kecil ajah gak ada angin kenceng” ucapnya dengan penuh penegasan juga sambil mencolek temen yang lain untuk mengiyakan kalau semalam cuma gerimis kecil.

Teman satu tim dengan orang yang Tanu tanyakan pun menjawab bahwa tidak ada hujan deras disertai angin seperti dikatakan Tanu.
alamak ... Berarti semalem kami beneran diikutin

Disaat sampai di basecamp Cidahu itulah Iwan bercerita bahwa disaat hujan deras disertai angin Iwan mendengar suara kereta kencana lewat, seperti banyak suara orang yang berlalu lalang, ada makhluk lain yang mengikuti kami dari belakang dengan suara berdehem beberapa kali, juga ada orang ngobrol di luar tenda saat mau memasang dan saat mereka telah tertidur.

Saat pendakian menuju puncak setelah hujan deras Iwan melihat kepala orang di belakang Tanu. 

Pada akhirnya Tanu dan teman-temannya mengucapkan syukur bisa turun gunung dan pulang selamat sampai tujuan


selesai

RosLida 48 tahun menjada Cari jodoh

  RosLida irnawati seorang janda dari perdesaan di jawa tengah, janda karena di cerai mati suaminya  saya berumur 48 tahun dan sudah punya a...